Minggu, 02 Desember 2012

Kajian "Asmaradana" dalam Sastra Bandingan



Review Hasil Bacaan
Kajian “Asmaradana” Dalam Sastra Bandingan
Oleh : Syifa Fauziyah S 1111013000107
PBSI 3c
Asmaradana pertama berasalkan dari sastra Jawa klasik kemudian muncullah sastra yang berjudul sama yang dibuat oleh tiga sastrawan Indonesia modern yaitu, Danarto, Goenawan Mohamad, dan Subagio Sastrowardojo.
 Untuk mengetahui apakah Asmaradana sastra Jawa klasik merupakan Hipogram dari karya sastrawan Danarto, Goenawan Mohamad, dan Subagio Sastrowardojo, Hal pertama yang dilakukan oleh Santosa dalam menganalisis tiga karya tersebut yaitu, mengkaji isi teks dari masing-masing karya secara mendalam.
Asmaradana yang memiliki arti api percintaan atau api asmara, atau seseorang yang sangat mencintai lawan jenisnya.
  • Asmaradana dalam sastra Jawa klasik
Dalam bahasa Jawa:
Anjasmara ari mami
mas mirah kulaka warta
dasihmu lan wurung layon
aneng kutha Prabalingga
prang tandhing Wurungbhisma
karia mukti wong ayu
pun kakang pamit palastra.

            Terjemahan dalam bahasa Indonesia:
            Anjasmara Andidaku
            permata hati carilah berita
            kekasihmu tak urung jadi mayat
            berada di kota Prabalingga
            bertempur melawan Wurubhisma
            tinggallah berbahagia wahai kekasihku
            Kakanda memohon diri untuk mati.

  • Asmaradana karya Danarto
Cerpen yang berjudul Asmaradana karya Danarto tidak dapat dikatakan sebagai transformasi teks dari Asmaradana sastra Jawa klasik karena Danarto membuat karya tersebut mengacu pada mitologi Yunani klasik yang terlihat pada nama-nama tokohnya seperti Salome, Herodes, Herodiah, dan lain-lain. Secara genre pun karya Danarto merupakan cerita pendek bukan puisi/sajak. Dan karya ini memiliki makna kerinduan atas Tuhan. Kesamaannya hanya pada judul karya sastranya saja.

  • Asmaradana karya Goenawan Mohamad
ASMARADANA
..............................
..............................
            Lalu ia tahu perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok
pagi pada rumput halaman ada tapak yang menjauh ke utara,
ia tak akan mencatat yang telah lewat dan yang akan tiba,
karena ia tak berani lagi.
Anjasmara, adikku, tinggallah seperti dulu.
Bulan pun lamban dalam angin, abai dalam waktu.
Lewat remang dan kunang-kunang, kaulupakan wajahku.
Kulupakan wajahmu.
Asmaradana karya Goenawan Mohamad tidak hanya judul karyanya yang sama, kisah yang dimiliki karya ini pun sama dengan Asmaradana satra Jawa klasik yang mengisahkan Anjasmara dengan kekasihnya. Perubahan dalam karya ini yaitu bait dan liriknya, karya goenawan lebih bersifat naratif, memiliki dua sudut pandang antara (ia) orang ketiga dan (aku) orang pertama. Dapat dikatakan bahwa karya Goenawan Mohamad bukan hanya sekedar meniru tetapi ia turut memodifikasi membuat kreatifitas untuk membudayakan sastra Jawa klasik.
  • Asmaradana karya Subagio Sastrowardojo
ASMARADANA
..............................
.................................
            Dewa tak melindunginya dari neraka
            tapi Sita tak merasa berlaku dosa
            sekadar menurutkan naluri.
            Pada geliat sekarat terlompat doa
            jangan juga hangus dalam api
            sisa mimpi dari senggama.

            Asmaradana karya Subagio jelas berbeda dengan karya sastra Jawa klasik dan karya Goenawan Mohamad. Karya ini membolak-balikkan fakta dari tokoh Sita yang dalam mitos Jawa dikenal sebagai wanita yang setia, pasif dan baik sebagai anak dan istri terkesan menjadi wanita binal atau perempuan jalang yang terhanyut oleh cinta. Sudut pandang yang dipakai pun berbeda dengan karya Goenawan, sudut pandang yang dipakai adalah orang ketiga serba tahu. Jadi, karya Subagio tidak dapat dikatakan meniru meskipun memiliki judul yang sama.

           


1 komentar:

  1. Sekedar koreksi ya mas/mbak..
    Ada kesalahan pada tembang Asmarandana

    ...............
    ...............
    Dasihmu lan wurung layon, yang seharusnya Dasihmu tan wurung layon
    ..............................
    Prang tandhing Wurungbhisma, yang seharusnya Prang tandhing wurubhisma..

    Mtrnuwun..
    Salam Budaya

    BalasHapus